Contoh Paper - Kerusuhan Ambon

Paper kasus kerusuhan AMBON BERDARAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah

Sejauh ini telah kita amati beberapa kasus yang terjadi, seperti  akhir - akhir ini telah terjadi kerusuhan di beberapa kota di Indonesia yang cukup menyita perhatian warga. Salah satunya adalah di kota Ambon, yaitu peristiwa berdarah yang terjadi pada hari Minggu 11 September 2011. Kerusuhan ini terjadi antara dua kelompok agama yang berbeda aliran dan terkonsentrasi ditiga titik utama yaitu depan kampus PGSD Universitas Pattimura, Tugu Trikora dan Waringin. Kerusuhan ini menyebabkan satu orang telah meninggal dunia akibat bentrok antarwarga di kota Ambon (Maluku) yang diduga tertembak. Mereka saling melempar batu dan merusak sejumlah fasilitas yang mengakibatkan pusat – pusat bisnis lumpuh dan sejumlah pertokoan memilih tutup seketika rusuh pecah sementara warga yang lain melakukan  pengungsian secara besar - besaran.
Namun mengumpulkan fakta – fakta tentang apa persisnya  yang terjadi  di  Ambon, Maluku ?
Hal ini masih menjadi simpang siur antara kedua belah pihak terkait yang memberikan keterangan berbeda antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.
Apakah benar kerusuhan itu karena rakyat yang tidak bisa lagi hidup berdampingan dengan damai? Ataukah aparat keamanan yang lamban bertindak? Ataukah juga karena ada pihak tertentu yang menyusup untuk memperkeruh suasana dengan agenda khusus menjatuhkan rezim berkuasa?  

Berdasarkan pada uraian setempat  yang terdapat dalam latar belakang tersebut di atas maka tugas akhir ini diberi judul “ Kerusuhan di Ambon September 2011 “

Alasan Pemilihan Objek

Adapun alasan penulis dalam pemilihan objek ini adalah:
Penulis ingin membahas lebih dalam mengenai kasus di Ambon yang terjadi sekarang yang masih diperbincangkan oleh masyarakat.

1.2   Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah pada:
1.  Apa masalah utama yang menyebabkan terjadinya kasus ini?
2.   Siapakah yang bertanggung jawab atas kasus yang terjadi di           Ambon?
3.  Bagaimana akhir dari penyelesaian masalah ini?







1.3   Pembatasan Masalah

Melihat kasus di Ambon yang beragam macamnya, maka kami memutuskan untuk membahas kasus yang terjadi pada bulan September 2011 sebagai bahan acuan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar di Universitas Pancasila, Jakarta. Pembatasan masalah ini bertujuan untuk lebih menitik beratkan tentang masalah yang dibahas sehingga dapat mengkaji masalah tersebut lebih vokus dan lebih terperinci.

1.4   Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun penelitian yang diwujudkan dalam Tugas Akhir ini mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Penulisan
1.  Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusuhan yang terjadi di Ambon, Maluku pada saat itu.
2.  Untuk mengetahui pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kasus tersebut.
3.   Untuk mengetahui akhir dari penyelesaian kasus tersebut.







1.4.2 Manfaat Penulisan
Penulis berharap agar penulisan akhir ini dapat memberikan kontribusi berbagai pihak antara lain:

1.  Bagi Penulis
Tugas Akhir Semester ini merupakan implementasi dari teori yang telah didapatkan semasa perkuliahan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar di Univertas Pancasila, Jakart. Selain itu penulis juga dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang masalah - masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial.

2.  Bagi Masyarakat Umum
Laporan ini bisa dijadikan ide/pemikiran  yang dapat dikembangkan berkenaan dengan masalah yang dibahas dan membantu masyarakat untuk menentukan sikap yang lebih baik pada situasi tertentu.

3.  Bagi Dunia Pendidikan
Laporan ini digunakan sebagai tambahan informasi dan sumber bagi pihak yang berkompeten terhadap masalah yang dibahas dan juga laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber informasi.






1.5   Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, pembahasan dan penganalisaannya diklasifikasikan secara sistematis kedalam 5 (lima) bab yaitu:

BAB I      : PENDAHULUAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang Latar Belakang Penulisan, Alasan Pemilihan Objek, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II     : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan berbagai referensi atau tinjauan pustaka yang mendukung kajian atau analisis yang penulis sampaikan.

BAB III    : METODE PENELITIAN
           Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis membutuhkan data-data yang berhubungan dengan kajian penulis, yaitu bersumber dari studi pustaka.


BAB IV    : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang segala sesuatu yang terkait dengan penelitian dan penulis juga  melakukan kajian mengenai apa saja yang menjadi pemicu antara kedua kelompok tersebut  sehingga kasus tersebut dapat diperoleh titik tengahnya.          

BAB V     : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang berguna bagi perusahaan sebagai bahan masukan dalam peningkatan kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik.
















BAB II
METODE PENELITIAN

Seperti yang penulis telah jelaskan pada BAB I bahwa penulis menggunakan penelitian dengan metode pengumpulan data. Karena Sejalan dengan tujuan penelitian, lokasi penelitian yang  terletak di Ambon, Maluku menjadi salah satu kendala bagi penyusunan penelitian ini, maka dari itu penulis mengambil langkah – langkah penelitian dengan system pengumpulan data (studi pustaka) yang berbentuk bahan-bahan tertulis seperti koran, majalah, internet, catatan-catatan maupun referensi lain yang bersifat tertulis.  Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih konkret dan menyimpulkan kasus yang sesuai dengan faktor – faktor yang menjadi pemicu awalnya kerusuhan di Ambon, Maluku. Dan penarikan kesimpulan yang bersumber dari pihak – pihak yang terkait dan beberapa saksi sebagai narasumber yang dimuat di beberapa surat kabar.















BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM
Kerusuhan di kota Ambon, Maluku yang terjadi pada hari Minggu 11 September 2011 dipicu oleh tewasnya seorang tukang ojek yang bernama Darkin Saimen. Salah seorang warga kelurahan Waihaong, Kecamatan Sirimau. Malam itu Darkin Saimen  mengendarai motor berasal dari arah stasiun TVRI , Gunung Nona , menuju Pos Benteng. Dalam perjalanan tersebut, diduga Darkin Saimen dalam keadaan mabuk berat dan melaju  dengan kecepatan tinggi. Menurut saksi dalam perjalanan Darkin Saimen hilang kendali dan menabrak pohon Gadihu lalu terpelanting menabrak rumah seorang warga (Okto) yaitu lebih tepatnya daerah sekitar pembuangan sampah.Peristiwa tersebut sempat disaksikan oleh beberapa warga setempat, dan oleh mereka yang mengetahui hal tersebut lalu membawa tukang ojek (Darkin Saimen) ke Rumah sakit. Namun luka yang diderita oleh Darkin Saimen terlalu parah. Dalam perjalanan kerumah sakit Darkin Saimen telah meninggal dunia. Lalu oleh pihak warga dan rumah sakit menyerahkan jenazah Darkin Saimen kepada keluarganya.

Bentrok dimulai seusai pemakaman tukang ojek bernama Darkin Saimen. Kabar berkembang bahwa korban ditemukan telah tak bernyawa di kawasan Gunung Nona, Kelurahan Kudamati. Kematian menyulut  amarah keluarganya. Menurut pihak keluarganya menemukan luka bekas tusukan pisau di punggungnya,  bacokan di pundak dan kepalanya pecah tapi helmnya utuh. Dengan ditemukannya luka tikam, Darkin Saimen dikabarkan  dibunuh oleh sejumlah kelompok agama tertentu yang sempat melakukan penganiayaan, Hingga akhirnya nyawanya tak tertolong lagi saat dilarikan kerumah sakit. Hal inilah yang menimbulkan dugaan bahwa Darkin  sebenarnya dibunuh. Informasi  sesat itu meluas dalam waktu singkat, hingga terjadilah perang batu antarwarga yang terkonsentrasi di 3 (tiga) titik utama yakni, depan kampus PGSD Universitas Pattimura, Tugu Trikora, dan Waringin. Dari arah yang tidak diketahui, sejumlah orang terkena tembakan senjata api. Lima tewas, belasan luka-luka. Sejumlah korban luka memberikan kesaksian bahwa mereka tidak mendengar letusan senjata api. Kuat dugaan, mereka ditembak oleh sniper dari posisi yang tidak diketahui.

Tragedi berdarah di Ambon dan sekitarnya bukanlah sesuatu yang tiba – tiba. Kasus tersebut tidak jauh berbeda dengan kasus – kasus yang terjadi di Indonesia. Diperkirakan ada keterlibatan kelompok tertentu yang sengaja memicu keadaan menjadi semakin memanas. Ambon adalah daun kering yang sangat mudah dibakar. Api kejadian kecil saja mudah ditiup menjadi kerusuhan besar. Masyarakat sangat mudah termakan isu. Sedikit saja ada faktor pemicu, masyarakat langsung meradang dan menerjang. Sepintas, masyarakat seperti tidak punya kesetiakawanan. Tidak punya perasaan sebangsa dan setanah air. tidak punya rasa kemanusiaan.

Pada saat itu aparat keamanan sudah mencoba untuk mengantisipasi meluasnya kerusuhan tersebut. Namun, 4 (Empat) hari setelah Ambon rusuh, aparat tetap belum berhasil mengungkap kejadian sebenarnya yang melatarbelakangi kerusuhan. Bahkan, belum ada kabar para pelaku tersebut telah ditangkap oleh aparat. Media-media massa memberitakan, kerusuhan tersebut dipicu oleh meninggalnya seorang tukang ojek. Namun jangan lupa, potensi konflik di Ambon begitu besar. Sedikit saja api memercik, letupan besar bisa terjadiSemula pihak kepolisian mengumumkan bahwa kematian itu murni kecelakaan motor. Namun pihak keluarga diberitakan tak percaya dengan informasi tersebut. Apalagi mereka mengaku menemukan bekas tusukan di punggung korban dan luka lebam akibat pukulan. Berbagai pertanyaan berseliweran tanpa ada jawaban yang pasti. Sebagian masyarakat mulai menebak-nebak jawabannya, lalu menyebarluaskannya. Keadaan ini membuat kian runyam persoalan.Karena itu, seruan saja tak cukup. Masyarakat perlu diberi informasi yang jelas agar tidak menyisakan banyak pertanyaan. Apalagi kita tahu, kerusuhan di Ambon bukan sekali ini saja. Bahkan, pada tahun 1999, kerusuhan yang lebih besar pernah meledak di sini. Ratusan orang meninggal, ribuan mengungsi.

4.2 PENYELESAIAN

Mengetahui tentang kerusuhan yang terjadi di ambon, Maluku Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan beberapa langkah untuk mengatasi pertikaian antara dua kelompok agama tersebut. KomnasHAM bekerjasama dengan komnas pusat segera mencari fakta – fakta yang terjadi di lapangan.  Selain itu juga adanya kerjasama antara Kapolri dan TNI. Gubernur Maluku juga meminta untuk mengumpulkan tokoh masyarakat agar kericuhan tidak meluas.

Dalam pengumpulan data, sempat mengalami kesulitan karena saat ditanya penyebab kericuhan itu ternyata hal itu masih simpang siur. Untuk memastikannya saat ini masih diselidiki adanya pemanfaatan isu terjadi dengan mudah. Peristiwa ini kemudian meletupkan kerusuhan massa yang menyebabkan lebih dari 4 ribu orang terpaksa mengungsi sampai sekarang. Dalam kerusuhan tersebut terdapat korban tewas akibat tembakan. Lagi-lagi aparat belum bisa mengungkap siapa pelaku penembakan? Senjata apa yang dipakai? Dari mana mereka mendapatkan senjata itu?

Mabes Polri mulai mengusut dan menyelidiki penyebab kerusuhan di Ambon, Maluku yang terjadi pada Ahad (11/9).  Mabes Polri pun mengirimkan tim penyidik yang terdiri dari 13 orang yang dipimpin seorang komisaris besar (kombes) polisi ke Ambon pada Senin (13/9). Saat ini polisi masih mencari pelaku yang menyebarkan pesan-pesan singkat yang sengaja memprovokasi masyarakat Ambon. Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar melaporkan kepada polisi apabila menerima pesan singkat tersebutTim penyidik juga akan menyelidiki mengenai penyebarluasan pesan singkat yang berisi SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) terkait kerusuhan tersebut.

Demi mencari solusi masalah yang belakangan marak di Ambon, Maluku, puluhan pemuda beserta tokoh-tokoh masyarakat daerah itu menggelar pertemuan di Senayan, Jakarta, Senin (12/9) malam.
pertemuan ini guna mencari solusi peristiwa Ambon. Masalah yang ada bukan saja masalah yang harus ditanggung satu kelompok, melainkan menjadi tanggung jawab semua kalangan.Oleh karena itu dalam pertemuan itu para tokoh bermusyawarah bagaimana Maluku kedepannya dan menyikapi apa yang terjadi disana yang membuat kesepakatan bersama antara kedua pihak. Sementara itu Sekitar 30-an warga Ambon dari dua komunitas berbeda, Kerukunan Warga Islam Maluku dan Maluku Utara (KWIMMU) dan warga Ambon di Makassar menggelar pertemuan damai di Makassar, Senin (12/9/2011), di Warkop Cappo, Jl Sultan Alauddin. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bersama antara kedua pihak. Lima poin kesepakatan mereka yaitu: ."KWIMMU dalam menyikapi masalah kerusuhan di Ambon dengan melahirkan beberapa statement:
1.  Memberikan penghargaan kepada masyarakat Ambon dan sekitarnya yang telah mengikuti himbauan aparat sehingga situasi semakin kondusif.
2.   Mengharapkan agar aparat untuk senantiasa proaktif melakukan tugas pengamanan dan masyarakat diminta untuk membantu tugas-tugas aparat.
3.  Menyampaikan terima kasih kepada Kapolda Sulselbar yang dengan cepat mendistribusi 200 aparat kepolisian untuk membantu aparat kepolisian yang ada di Ambon.
4.  Menghimbau kepada pemerintah untuk mendekati seluruh komponen masyarakat pemangku-pemangku adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda untuk berkumpul, berembuk untuk menyelesaikan persoalan kerusuhan secara bijak
5.  Menghimbau seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh siapapun yang hendak merusak hubungan persaudaraan antar sesama masyakarakat yanga ada di Kota Ambon dan sekitarnya karena bagaimanapun Katong Semua Basudara". 







BAB IV
PENUTUP
5.1 KRITIK
Kuncinya adalah kesigapan aparat keamanan. Andaikan saja sejak awal, aparat kepolisian langsung bertindak tegas, berdiri di tengah-tengah masa yang bertikai untuk melerai, kerusuhan tidak akan membesar hingga menimbulkan korban jiwa dan luka parah.
5.2 SARAN

Kerusuhan Ambon tak banyak beda dengan pelbagai  kerusuhan di berbagai wilayah RI. Masyarakat sangat mudah termakan isu. Sedikit saja ada faktor pemicu, masyarakat langsung meradang dan menerjang. Sepintas, masyarakat seperti tidak punya kesetiakawanan. Tidak punya perasaan sebangsa dan setanah air. Tidak punya rasa kemanusiaan




Daftar website

Comments